OPINI: Gen Z dan Obsesi Hustle Culture-nya, Is It Really Worth the Effort?

 Gen Z dan Obsesi Hustle Culture-nya, Is It Really Worth the Effort?

(photo by: pexels.com)
 

Kerja keras bagai kuda, yang penting cuannya ada. Kalimat tersebut tentu sudah tidak asing khususnya di kalangan para manusia usia produktif di zaman sekarang, apalagi bagi para anak generasi Z atau yang akrab disebut Gen Z. Di masa ini, kerja keras bukan lagi ditujukan untuk hidup, namun sudah berbalik menjadi budaya hidup untuk bekerja. Bekerja yang terlalu keras bahkan telah memiliki istilah kerennya sendiri sekarang, yakni overworking atau yang lebih populer lagi dikenal sebagai hustle culture.

Apa itu sebenarnya hustle cultle? Hustle culture sesuai arti harfiahnya dapat disimpulkan sebagai budaya bekerja yang terlalu keras sampai melebihi batas kemampuan diri untuk mencapai tujuan profesional. Istilah ini sendiri sebenarnya bahkan sudah muncul lama sejak tahun 1971 dalam  buku karya Wayne Oates seorang ahli Psikolog Amerika yang berjudul 'Confession of a workholic: The Facts about work addiction'. Seiring waktu istilah ini kemudian semakin populer dan melekat pada gaya hidup generasi setelahnya, yakni Gen Z.

Sebagai bagian dari Gen Z sendiri, saya juga bertanya-tanya, mengapa generasi ini bisa menjadi generasi yang gila kerja? Melihat di lingkungan sekitar, saya juga dikelilingi dengan teman-teman yang banyak memiliki kegiatan lain di luar aktivitas perkuliahannya. Ada yang mengikuti kegiatan organisasi, volunteering, sampai intership di dua tempat yang  berbeda dalam satu waktu. Semuanya bekerja keras agar dapurnya tetap terlihat ngebul. Hal seperti ini tentulah sesuatu yang baik. karena bisa menjadi motivasi bagi para muda lain di sekitarnya. Namun, bagi mereka yang asal melihat mentah-mentah motivasi bisa berbalik menjadi tekanan diri. Karena secara tidak langsung gaya hidup yang menjadi populer seperti itu bisa menunjukkan bahwa di kalangan generasi sekarang tidak memiliki kesibukan di luar hal yang memang kewajiban utamanya bisa-bisa dianggap ‘menganggur’ atau tidak memanfaatkan waktu luang dengan baik.

Lalu dari mana sebenarnya budaya hustle culture yang mengganggu ini muncul? Gen Z sendiri merupakan generasi yang hidup di masa 4.0 yang erat dengan dunia teknologi. Dengan kehidupan yang berdampingan dengan teknologi, generasi ini dituntut untuk bisa bekerja lebih cepat, cerdas, dan terus beradaptasi agar tidak kalah dan tergantikan oleh mesin dan segala kecanggihannya. Hal ini menjadikan standart yang ditargetkan kepada Gen Z begitu tinggi. Untuk mencapai standart ini maka mereka bekerja lebih keras dengan mencari berbagai validasi yang mendukungnya. Yakni dengan cara mengeksploitasi kemampuan diri sendiri dengan mengikuti berbagai kegiatan di luar kegiatan utamanya yang sudah ada, baik kegiatan secara akademik ataupun non akademik. Apapun yang dirasa bisa membantu meningkatkan value diri daripada yang lain.

Selain itu, budaya hustle culture juga disuburkan oleh keberadaan sosial media. Pada zaman dulu, budaya ini tidak ada atau kurang terasa karena sosial media memang belum ada sehingga orang bisa lebih fokus terhadap dirinya sendiri. Berbeda dengan sekarang, sosial media sudah menjadi seperti diari umum. Semua orang bisa membagikan setiap aktivitas, pikiran, dan pencapainnya secara luas. Hal ini menjadikan orang mulai membanding-bandingkn dirinya dengan postingan orang lain, bahkan dengan orang yang belum ia kenali sama sekali.

Jadi, sebenarnya apakah hustle culture itu salah? And really not worth for the effort? Tergantung- kalau memang pekerjaan tersebut dilakukan untuk kebutuhan, maka bukanlah sesuatu yang salah. Namun jika sampai dilakukan di luar kebutuhan yang sampai memaksakan batas diri yang ada maka budaya hustle culture tidak perlu untuk  dilestarikan di generasi ini, maupun di generasi ke depan. Karena tuntutan zaman yang semakin berat, banyak generasi Z menjadi terbebani perasaan bersalah hanya karena beristirahat dan tidak mengerjakan apa-apa. Padahal sejatinya, tidak masalah untuk berhenti sejenak untuk nantinya bisa lanjut berlari lebih cepat. Yang paling penting untuk diingat bagi setiap generasi dalam kehidupan profesionalnya adalah bisa membedakan, apakah yang dikerjakannya memang hard working or just working for hard

Akhir kata, Gen Z yang dikenal sebagai generasi yang memang  lebih aware dengan keadaan sekitar jangan sampai lupa untuk menjalani kehidupan pribadi dan pekerjaan dengan seimbang. Jangan sampai seolah-olah kehidupan pribadi dan profesional  adalah sesuatu yang harus dijalankan secara terpisah. Keep the life work balance!

Komentar