OPINI: Representasi Kaum Minoritas dalam Film Life Action Ariel the Little Mermaid oleh Disney, Perlukah atau hanya Sebuah Usaha Diversity Yang Dipaksa?



Representasi Kaum Minoritas dalam Film Life Action Ariel the Little Mermaid oleh Disney, Perlukah atau hanya Sebuah Usaha Diversity Yang Dipaksa?


“I’m gonna get cancelled for saying this but I really hope they could follow the original Disney animation, it was portrayed that way and it should stay like that. If they want ‘diversity’, we have Tiana or Pocahontas. Not ariel. What a flop.”

− Irene, kezia (@irxren) September 13, 2022. Tweet

 


    Pada 11 September 2022 lalu, Disney baru saja merilis trailer untuk film the Little Mermaid yang merupakan adaptasi life action dari versi animasi sebelumnya. Namun, bukannya mendapat sambutan suka cita, tayangan tersebut malah menciptakan perdebatan ramai di dunia maya. Hal ini terlihat dari jumlah dislike atau tidak suka dalam tayangan tersebut yang sudah mencapai 1, 6 juta. Jauh melebihi jumlah suka yang hanya ratusan ribu saja.
    Trailer the Little Mermaid sendiri menampilkan Ariel sebagai putri duyung yang sedang mengarungi lautan dan menyanyikan sepenggal lagu dengan indah. Suara dari sang pemeran utama, Halle Bailey, mendapatkan banyak pujian. Ia dinilai memiliki suara yang indah sebagaimana tokoh Ariel dalam cerita. Namun, kecaman akan ketidakpuasan Halle Bailey sebagai Ariel sang tokoh utama juga ramai datang. Halle yang seorang keturunan Afro-Amerika, dinilai tidak cocok memerankan tokoh Ariel. Hal ini karena Ariel sebagai tokoh utama yang sudah biasa dipersonakan sebagai sosok berkulit putih dengan mata biru, serta rambut terurai berwarna merah cerah. Tidak sama dengan apa yang Disney tampilkan dalam trailer film kemarin.
    Ekspetasi tinggi yang dimiliki masyarakat ini bukan tanpa sebab. Karena memang sejak awal, Disney sendirilah yang telah menciptakan sosok visual Ariel sesuai dengan ‘standart beauty’ princess biasanya. Sehingga kritikan yang datang sejatinya merupakan rasa kecewa para penggemar karena Disney sendiri yang telah menghancurkan apa yang sudah mereka representasikan dalam bentuk animasi sebelumnya yang sudah mengakar kuat. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang meminta penggantian pemeran utama dan mengikuti representasi karakter sebagaimana aslinya.
    Namun, apa yang dilakukan oleh Disney juga bukan dilakukan tanpa alasan yang kuat. Penggunaan Halle Bailey- tokoh kulit hitam sebagai Ariel merupakan salah satu usaha untuk menyampaikan pesan keberagaman atau diversity dalam masyarakat luas. Hal ini juga bukan merupakan sesuatu yang pertama kali dilakukan oleh Disney. Karena sebelumnya Disney juga sudah pernah memasukkan pesan diversity melalui tokoh kulit hitam dalam film life action “Black Cinderella” versi 1997 sampai pesan diversity kaum LGBT dalam film animasi “Lightyear” 2022 yang baru hangat diperbincangkan kemarin.
    Penggunaan film the Little Mermaid untuk mengenalkan pesan diversity oleh Disney merupakan hal yang tepat. Karena film animasinya sendiri sudah dikenal akrab di masyarakat luas terutama anak kecil. Sehingga pendidikan tentang keberagaman bisa disampaikan secara luas dan sejak dini. Selain itu, Disney juga menyampaikan bahwa kisah Ariel sendiri disadur dari cerita rakyat Denmark. Dalam cerita tersebut, warna kulit Ariel tidak pernah disebutkan atau bahkan namanya. Sehingga sosok Ariel yang ada sekarang memang merupakan hasil ciptaan fiksi dari Disney. Namun dengan semua alasan tersebut, perdebatan mengenai penggunaan aktris kulit hitam sebagai representasi Ariel tetap ramai didiskusikan bahkan telah sampai pada keluarnya opini yang mengarah ke hal rasis.
    Lalu, apakah langkah penggunaan kaum minoritas sebagai tokoh utama dalam film the Little Mermaid ini adalah usaha diversity yang dipaksakan atau memang benar? Pada akhirnya, setiap argumen disampaikan dengan membawa kepentingannya masing-masing yang dapat dibenarkan. Bagi kelompok yang kontra, mereka hanya berniat melihat representasi Ariel sebagaimana versi animasinya. Bahkan beberapa saran baik juga muncul. Tokoh kulit hitam bisa direpresentasikan melalui karakter Princess Tiana dan Pocahontas yang memang sesuai, atau Disney bisa menciptakan karakter princess baru sebagaimana film Frozen lalu. Sebaliknya, di sisi pro, mereka meyakini bahwa Halle Bailey sebagai Ariel sudah merupakan pilihan yang sangat tepat dengan kemampuan akting dan menyanyi yang tidak diragukan. Sesuai dengan karakter Ariel aslinya. Sehingga, jika pada akhirnya Halle bisa memerankan sosok Ariel dengan baik, apalagi yang perlu dipermasalahkan?

Komentar