ARTIKEL: Sekali Jatuh Susah Kembali, Musik K-Pop Kian Digandrungi Remaja Di Masa Kini
SEKALI JATUH SUSAH KEMBALI,
MUSIK K-POP KIAN DIGANDRUNGI REMAJA DI MASA KINI
Musik Pop Korea (K-Pop) dalam beberapa tahun terakhir kian menginvasi Indonesia, khususnya di kalangan para remaja. banyak yang mengaku kecintaan terhadap idol-idol dari negeri ginseng ini semakin melekat dan susah ditinggalkan.
Seperti yang disampaikan oleh Fatimah Azzahra, penggemar K-pop asal Kota Pasaruan.
“Hati-hati kalau suka k-pop. Sekali jatuh, susah kembalinya. Karena rasa candunya benar-benar nyata,” ungkapnya.
Meski pada awalnya musik dari negeri-negeri barat (western) lebih mendominasi, namun kini musik dari negeri Korea tak kalah digandrungi. Di masa ini, musik Asia dari Korea Selatan dianggap tak kalah, bahkan lebih unggul daripada musik-musik western sendiri bagi para remaja.
Banyak yang berpendapat musik K-pop berbeda dari musik negara lain. Selain membawakan lagu, para idol Korea juga menyajikan gerakan-gerakan dance untuk mengiringi nyanyian mereka. Hal ini menjadi ciri khas tersendiri. Selain itu, di mata para penggemar remaja, idol-idol Korea lebih menghargai penggemarnya daripada penyanyi dari negara lain. Hal ini menjadi kunci bagaimana bisa setianya para penggemar K-pop pada idolanya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Geovanie Novelia, pelajar SMA di Singosari.
“Penyanyi lain kan nyanyi tinggal nyanyi. Tidak memperhatikan penggemarnya. Tapi kalau para idol korea ini berbeda. Mereka menganggap penggemar itu keluarga. Nah, hal seperti ini yang membuat hubungan antara idol dan penggemar terasa lebih kuat.” Ucapnya.
Selain musiknya sendiri yang menghibur, musik K-pop juga telah mempengaruhi kehidupan banyak orang dalam berbagai aspek. Tidak sedikit yang mengaku hidupnya banyak berubah sejak menggandrungi musik K-pop. Seperti jadi mengikuti gaya berpakaian, kebiasaan cara makan dengan sumpit seperti idolanya, sampai ikut belajar bahasa mereka.
Selain hal di atas, musik K-pop bahkan disebut bisa ‘menyelamatkan’ kehidupan seseorang. Karena bagi para remaja musik K-pop telah dianggap menjadi tempat pelarian dari lelahnya dunia nyata. Seperti yang disampaikan oleh Nur Wahyuni, mahasiswa asal Surabaya.
“Saat aku lelah sama urusan dunia, aku bakal rehat dengan melihat penampilan mereka (idol K-pop). Saat aku sedih, yang menemani dalam kesedihanku juga lagu-lagu mereka,” ujarnya.
Tidak jauh berbeda dari pendapat di atas, Annisatul Luthfiyah, pelajar dari Probolinggo turut menyampaikan hal yang sama.
“Di keluarga dan lingkungan sendiri aku cenderung pendiam sampai dicap ‘autis’. Karena itu, aku melampiaskan diri ke dunia K-pop. Di sini aku merasa bebas dan lebih bahagia,” jelasnya.
Namun, seperti dua sisi mata uang. Selain berdampak positif, kegemaran pada dunia K-pop ini juga tentu memiliki dampak negatif. Seperti perilaku sebagian besar penggemarnya yang dikenal fanatik. Mereka tak segan menghabiskan waktu sepanjang hari untuk menonton penampilan sang idola. sampai melupakan kepentingan sendiri di dunia nyata. Seperti pengalaman pribadi Aura Keyzza, pelajar SMK dari Singosari.
“Kadang kalau sehari gak lihat itu, sampai kepikiran terus. Jatuhnya seperti terobsesi. Sampai lupa mengerjakan tugas-tugas sekolah.” Tuturnya.
Selain berdampak pada diri sendiri, kegemaran remaja pada musik K-pop ini juga menyebabkan beragam tanggapan dari lingkungan sekitar mereka masing-masing. Seperti yang disampaikan oleh Fatimah Azzahra, pelajar asal Pasuruan.
“Aku bahkan kalau mau mendengarkan lagu Korea harus sembunyi-sembunyi dulu dari orangtua. Mereka tidak suka. Aku takut mereka kecewa, aku tidak berubah soalnya.”
Selain dari lingkungan keluarga, lngkungan sosial pun banyak yang menanggapi kegemaran seseorang terhadap musik K-pop ini dengan pandangan negatif.
“Teman-teman yang gak tahu, sering mengolok. Seperti apasih ini. Gak ada macho-machonya, kayak cewek, dsb. Tetapi yaudahlah. Sudah biasa.” Cerita Nazilatul Magfiroh, mahasiswa asal Malang.
Namun, dibalik terkenalnya para penggemar K-pop yang fanatik dan setia pada sang idol, rupanya ada juga beberapa dari mereka yang berpikiran bahwa hobinya ini tidak akan selamanya. Seperti yang disampaikan oleh Noor Izzah Kamilah, pelajar dari kabupaten Malang.
“Karena gak mungkin aku akan suka fanatik terus seperti saat ini kan. Bagiku menyukai hal-hal seperti ini ada masanya.”
Bahkan, salah satu penggemar setia K-pop sendiri ada yang mewanti-wanti agar jangan sampai suka pada dunia per-K-pop-an seperti dirinya.
“Aku sendiri sebenarnya gak menyarankan jika ada orang lain yang mau jatuh (suka) kepada K-pop seperti aku. Dampak positif memang ada. Tetapi susah sekali nanti keluarnya. Sekali jatuh, susah untuk kembali.” Ucap Fatimah Azzahra, pelajar asal Pasuruan.
Pada dasarnya, menyukai musik termasuk juga musik K-Pop bukanlah sesuatu yang buruk. Seperti stigma yang sering diasumsikan oleh banyak orang awam. Kegemaran pada K-pop juga bukanlah suatu 'penyakit' yang harus dihilangkan. Karena menyukai K-pop adalah hobi, sebagaimana kegemaran orang lain pada sesuatu. Tidak ada yang pernah salah dengan menyukai sesuatu. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bintang Chintya Maharani, mahasiswa STIKES Surabaya. Ia tidak pernah berpikir bahwa kesukaannya ini adalah sesuatu yang tidak pantas dan harus dihentikan.
“Aku sendiri sedang diposisi menikmati apa yang aku suka. Gak ada masalah sampai aku harus meninggalkan kesukaanku ini kan. Memang apa salahnya mengidolakan sesuatu?”
“Intinya boleh mencintai siapapun, tapi harus ingat siapa yang paling berhak kita cintai dahulu. Itu saja,” Tutup Bintang Chintya.
Musik K-pop memang kian digandrungi oleh banyak remaja di masa kini. Efek positif maupun negatif tentu menyertainyai. Sebagai individu, alangkah baiknya jika kita tetap bisa menjaga diri. Mengambil baiknya saja, dan meninggalkan segala keburukannya.
Surabaya, 19 Oktober 2020

Komentar
Posting Komentar